Ketika Bhanu Kiran menyadari dirinya tidak lulus mata pelajaran matematika, dia nyaris tidak membicarakannya dengan keluarga.
Sebulan kemudian dia mengikuti ujian Higher Secondary (A-level) India, seorang teman datang menginap dan mereka tidur di kamar yang sama setelah makan malam dengan keluarganya.
Tetapi besok paginya, jenazah Bhanu Kiran ditemukan di jalur kereta.
"Saya tidak mengetahui kapan dia bangun dan pergi," kata temannya Yugesh kepada BBC.
Tetapi diyakini bahwa Kiran yang berumur 18 tahun pergi di tengah malam dan meloncat di depan kereta yang sedang berjalan.
Ini adalah satu buah kasus, satu orang murid, tetapi banyak kejadian sejenis berlangsung di berbagai tempat di dunia.
- Pendidikan bisa kurangi risiko darah tinggi
- Sekolah swasta kian diminati di Cina
- Menjadi joki saat ujian, kepala sekolah dihukum lima tahun penjara
Stres bisa menjadi berbahaya
Para murid seluruh dunia mengalami perasaan yang sama saat musim ujian: stres.
Bagi sebagian dari mereka hal ini bisa menjadi hal positif.
Para psikolog menamakannya 'eustress', atau tingkat stres optimal yang mendorong seseorang untuk bekerja keras dan menjadi yang terbaik.
Tetapi apapun yang melebihinya justru dapat merusak kesehatan fisik dan jiwa.
"Kita sering melihat para murid menjadi depresi, mengalami kecemasan tinggi dan masalah lainnya karena harga diri mereka terutama dikaitkan dengan kinerja akademis, bukannya pada hal-hal lainnya," kata Dr Jayasankara Reddy, profesor psikologi Christ University, Bangalore, India.
"Ini mewakili masyarakat secara umum," tambahnya.
Di dunia, orang berharap nilai tinggi akan membuat mereka diterima di universitas yang lebih baik, dan akhirnya kehidupan yang lebih baik.
Tetapi apakah sudah cukup perhatian diberikan terhadap sistem yang sangat bersaing ini?
- Ujian sekolah pengaruhi kesehatan mental anak
- Tulis nama gurumu: Soal yang tidak biasa dalam ujian di Cina
- Kasus bunuh diri siswa terkait ujian, USBN diminta ditinjau ulang
Ketika sukses harus dibayar mahal
Murid yang berkinerja paling tinggi di peringkat pendidikan dunia, menurut survei 2016, sebagian besar berasal dari Asia Timur.
Negara-negara di kawasan ini menduduki posisi tujuh teratas dalam matematika - Singapura di peringkat pertama, diikuti Hong Kong, Makau, Taiwan, Jepang, China dan Korea Selatan.
Singapura juga yang terbaik dalam ilmu pengetahuan dan membaca.
Tetapi sebagian murid di negara-negara ini dapat mengalami tekanan berat selama masa ujian.
Singapura adalah negara kecil Asia yang sangat memandang pendidikan sebagai cara untuk mengembangkan ekonomi dan memperbaiki standar kehidupan.
Keberhasilan akademis adalah sesuatu yang dibanggakan, tetapi dengan mudah dapat menjadi sumber stres.
Para pelajar menghabiskan banyak waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan mempersiapkan diri untuk menempuh ujian di sebuah sistem sekolah pemerintah yang kompetitif dan sangat banyak tuntutannya.
Tekanan begitu tinggi sehingga sejumlah orang tua juga harus kembali bersekolah.
Mereka menghadiri lokakarya untuk memahami apa yang dilakukan murid di sekolah dan bagaimana 'menyelesaikan soal rumit dengan menggunakan metode terbaru'.
- Siswa curang saat ujian diancam hukuman penjara
- Bantu atasi stres, SMA di Cina bolehkan murid 'pinjam nilai'
- Siswa bernilai bagus di India harus mengulang ujian
Masalah
Pelajar di negara Asia berkinerja tinggi lainnya juga menghadapi masalah yang sama.
- Ujian China yang sangat penting, Gaokao, banyak dikecam karena terlalu menekan. Kegagalan memasuki ujian masuk universitas hampir pasti memberikan pekerjaan kelas bawah dan membuat keluarga kecewa.
- Di Korea Selatan, pelajar menghabiskan seluruh masa anak-anaknya bersiap-siap mengikuti Suneung, ujian delapan jam maraton, yang tidak hanya menentukan apakah murid dapat masuk universitas, tetapi dapat juga mempengaruhi pekerjaan, pemasukan, tempat tinggal dan bahkan hubungan di masa depan.
- Ujian Centre Jepang membuat para murid mengalami 'neraka ujian' karena ini merupakan momen yang menentukan. Untuk memastikan keberhasilan pekerjaan, mereka harus melewati ujian guna memastikan tempat di universitas terbaik atau terpaksa mengulang mengikuti ujian.
Biaya
Sekolah di Hong Kong merupakan tempat paling mahal di dunia. Orang tua mengeluarkan sekitar US$131.161 atau Rp1,8 miliar dari kantung mereka sendiri untuk pendidikan anak. Mereka juga mendapatkan beasiswa, pinjaman dan bantuan pemerintah.
Pola yang sama juga terjadi di China (US$42.892 atau Rp598 juta), Taiwan (US$56.424 atau Rp787 juta) dan Singapura (US$70.939 atau Rp989 juta). Biaya juga meningkat di India dan Indonesia.
Sementara jika kita membandingkan dengan Prancis, orang tua hanya perlu mengeluarkan sekitar US$16.000 atau Rp223 juta untuk keseluruhan pendidikan anak.
Kekhawatiran kinerja
Survei OECD tahun 2015 menyebutkan kebanyakan murid di AS dan Inggris dilaporkan mengalami kecemasan meskipun mereka telah cukup mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian.
"Terdapat perasaan takut gagal di antara para murid dan pengaruhnya," kata Dr Rob Buck, pengajar ilmu pendidikan di University of Manchester.
Dia mengatakan berbagai tekanan menciptakan siklus yang menakutkan.
Sejumlah ahli mengisyaratkan murid berprestasi tinggi tetap menderita meskipun mereka berhasil secara akademis.
"Sejumlah murid pintar kemungkinan tetap kekurangan keyakinan diri. Hal ini bergantung kepada bagaimana murid mengatasi stres," kata Dave Putwain, peneliti pengaruh faktor kejiwaan pada pembelajaran di Liverpool John Moores University.
Tanpa dukungan yang cukup, sejumlah murid akan menghadapi kesulitan dalam mengatasi rasa khawatir.
Bunuh diri
Di India, bunuh diri murid adalah hal yang umum terjadi selama musim ujian. Tahun ini, 23 pelajar bunuh diri setelah hasil ujian Higher Secondary (A-level) diumumkan di negara bagian Telangana.
Bhanu Kiran adalah salah satunya.
Murid lain yang tertekan adalah Vennela, yang tidak percaya dirinya tidak lulus dalam dua mata pelajaran.
Dia lalu memakan racun tikus. Saat dibawa ke rumah sakit, nyawa Vennela sudah tidak bisa diselamatkan.
Terjadi berbagai kasus terpisah di negara-negara lain, termasuk Jepang, Pakistan dan Nigeria.
Mengurangi tekanan
"Muncul kebutuhan mendesak untuk memperkenalkan lokakarya pengelolaan stres di lembaga pendidikan, di dunia," kata Sabahat Naseem, psikolog klinis di Pakistan.
Psikolog lainnya juga mengusulkan teknik manajemen waktu dan refleksi diri untuk para murid.
Singapura mendorong sekolah, terutama di tingkat dasar, untuk menghapus ujian berstandar dan memusatkan perhatian pada pertumbuhan anak secara keseluruhan.
Dukungan
Dr Jayasankara Reddy mendesak perubahan sikap, terutama di antara orang tua dan guru.
"Mereka seharusnya menjaid sumber dukungan terdekat bagi para murid. Tetapi sering kali mereka justru memperparah rasa takut menjadi gagal. Ini dapat menjadi lebih buruk bagi anak-anak, apapun budaya mereka," katanya.
"Untuk mengurangi tingkat stres tidak sehat ini, harus terdapat keseimbangan antara kemandirian murid dan dukungan yang diterima," tambah Reddy.
Sementara Dr Rob Buck dari University of Manchester mengatakan: "Pesan positif yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja perseorangan dipandang lebih berguna untuk jangka panjang."
Pada kenyataannya, para psikolog mengatakan, dukungan dari orang tua dan guru dapat menciptakan perubahan besar.
Ini akan membantu mereka berpikir positif, memperluas definisi keberhasilan dan dapat menerima kegagalan dengan lebih baik.