Ketua CT Arsa Foundation, Anita Ratnasari Tanjung (Dok CT Arsa Foundation)
Jakarta - Perayaan HUT Kemerdekaan ke-74 Indonesia segera dirayakan. Kemerdekaan dari belenggu kemiskinan terus berusaha diwujudkan di mana-mana, tak terkecuali di tapal batas negara.CT Arsa Foundation bergerak ke garis terdepan, mengisi kemerdekaan dengan cara membantu masyarakat setempat agar dapat menikmati hidup sebagai warga Indonesia yang merdeka.
"Sesuai dengan visi CT Arsa Foundation, memutus mata rantai kemiskinan dengan pendidikan berkualitas dan kesehatan yang optimal, kunjungan kali ini memilih sekolah-sekolah yang berada di pedalaman Indonesia," kata pendiri dan Ketua CT Arsa Foundation, Anita Ratnasari Tanjung, Jumat (16/8/2019).
Langkah nyata telah dilakukan. Anita mengajak putranya, Putra Tanjung dan tim untuk mengunjungi SDN Loemanu yang berada di desa Nunuana, Amfoang Timur, Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada 8 Agusutus 2019.
Lokasi yang berada di kawasan perbatasan RI-Timor Leste ini berjarak kurang lebih 10 jam perjalanan darat dari Kupang, dengan melintasi ratusan sungai. Dengan bantuan Korem 161/Wirasakti, perjalanan dilakukan menggunakan helicopter selama 45 menit, dan dilanjutkan perjalanan darat selama satu jam menuju lokasi.
Anita beserta tim melanjutkan perjalanan menuju SDN 2 Lelogama, Amfoang Selatan, Kupang, yang berjarak tempuh sekitar 4,5 jam perjalanan darat dari Kupang.
Ini adalah perjalanan kedua bagi Anita Ratnasari Tanjung, setelah sebelumnya berkunjung untuk membangun sekolah yang kondisinya memprihatinkan.
Kunjungan berakhir di tanggal 9 Agustus 2019, ke SDN Reda Meter, Sumba Barat Daya. Sekolah ini juga dibangun CT Arsa Foundation dua tahun lalu. Bilik bambu, kini menjadi tempat nyaman anak-anak menuntut ilmu.
"Pendidikan adalah kunci sukses untuk kita bisa maju. Anak-anak ini adalah generasi penerus bangsa, yang harus dididik semaksimal dan sebaik mungkin, sehingga mereka dapat mencapai cita-citanya," ucap Anita saat sambutan di tengah siswa, guru, dan masyarakat sekitar.
Kunjungan Anita Ratnasari Tanjung ke berbagai pelosok nusantara, membuka fakta bahwa standar pendidikan Indonesia belumlah merata. Pendidikan di daerah tertinggal masih sangat tertinggal jauh.
Upaya lainnya yang dilakukan adalah dengan memberikan motivasi dan semangat, agar mereka memiliki daya juang untuk belajar giat, berusaha keras untuk dapat mencapai cita-cita mereka sehingga mereka bisa keluar dari lingkaran kemiskinan
Perhatian lain juga bisa dilakukan dengan mendukung fasilitas teknologi di daerah tertinggal, agar bisa melakukan adaptasi .
Kondisi daerah tertinggal diperparah dengan terbatasnya pasokan listrik dan ketersediaan air bersih. Kedua hal penting ini kiranya menjadi perhatian khusus para pejabat terkait, agar bisa membangun daerah tertinggal menjadi lebih layak dan baik untuk kehidupan mereka.
Kemerdekaan Indonesia, menjadi hak siapapun, termasuk anak-anak Indonesia di pedalaman. Mereka berhak mendapakan pendidikan yang berkualitas dan pelayanan kesehatan yang optimal, karena merekalah generasi penerus bangsa, agen perubahan untuk nasib bangsa Indonesia lebih baik.
sumber: https://news.detik.com/berita/d-4667894/anita-chairul-tanjung-mengisi-kemerdekaan-di-tapal-batas