Home »
» Cermat Berinvestasi untuk Biaya Pendidikan Anak
Ilustrasi anak sekolah. (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Dana pendidikan anak menjadi salah satu anggaran krusial yang perlu disiapkan oleh orang tua sejak dini. Apalagi biaya pendidikan selalu naik setiap tahunnya, bahkan seringkali lebih tinggi dibandingkan tingkat kenaikan harga barang dan jasa (inflasi).
Kendati demikian, tak semua orang tua memiliki persiapan khusus untuk membiayai pendidikan sang buah hati. Alhasil, beberapa di antaranya sering kelimpungan saat memasuki tahun ajaran baru.
Sinta (44), misalnya, mengaku tak memiliki tabungan khusus untuk pendidikan anak. Ia mengaku mempersiapkan uang tabungan untuk seluruh kebutuhan, baik yang bersifat darurat, kesehatan, maupun pendidikan. Tak hanya tabungan, ia juga mengaku berinvestasi pada aset properti.
"Dulu pernah ikut asuransi, tetapi karena suami dinas ke luar negeri kami tarik. Lalu, tidak saya teruskan," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Saat ini, perempuan yang berprofesi sebagai PNS ini mengaku tengah mempersiapkan kebutuhan dana untuk kedua anaknya masuk ke bangku kuliah. Kebutuhan dana tersebut, menurut dia, akan menggunakan tabungan yang selama ini sudah disisihkannya selama ini untuk berbagai kebutuhan.
"Sekarang pemerintah sudah sangat membantu sampai SMA biaya sekolah free, sehingga itu menjadi kesempatan bagi kami untuk menabung persiapan masuk kuliah," katanya.
Berbeda dengan Shinta, Nur Aeni (45) sudah mempersiapkan biaya pendidikan untuk anaknya jauh-jauh hari melalu produk asuransi pendidikan. Pertimbangan Shinta sederhana, karena asuransi pendidikan tersebut memberikan fasilitas auto debit, sehingga ia bisa secara otomatis menyisihkan uang setiap bulannya untuk tabungan anak.
"Saya ambil asuransi pendidikan untuk jangka waktu 15 tahun-20 tahun. Tapi belum pernah saya ambil, karena biaya kuliah anak masih bisa tercover (dipenuhi) dari gaji," paparnya.
Selain asuransi pendidikan, perempuan yang juga berprofesi sebagai PNS ini juga mengaku memiliki beberapa instrumen investasi lain, seperti saham dan properti. Namun, investasi-investasi tersebut tidak secara spesifik ditujukan untuk biaya pendidikan anak.
"Kalau ada rezeki ya investasi begitu. Ada memang investasi tapi tidak khusus spesifik (untuk pendidikan)," jelasnya.
Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto menilai orang tua perlu memiliki tabungan khusus pendidikan anak yang terpisah dari tabungan untuk kebutuhan lainnya. Idealnya, menurut dia, para orang tua menyisihkan sebesar 10 persen dari pendapatannya setiap bulan untuk tabungan pendidikan anak.
Ia pun menyarankan instrumen tabungan pendidikan anak hendaknya disesuaikan dengan jangka waktu kebutuhan dana pendidikan itu sendiri. Eko membaginya menjadi investasi dana pendidikan anak jangka pendek (1-3 tahun), menengah (3-5 tahun), dan panjang (lebih dari 5 tahun).
"Makin panjang jangka waktunya, maka harus cari produk investasi yang hasilnya lebih tinggi, karena pendidikan kenaikannya selalu lebih tinggi dari inflasi. Jadi mau tidak mau harus cari produk jangka panjang yang pertumbuhannya lebih tinggi dari inflasi," jelasnya.
Untuk investasi jangka pendek, ia menyarankan orang tua menempatkan dananya pada deposito dan reksa dana pasar uang. Pada investasi jangka menengah, para orang tua bisa memilih instrumen emas dan reksa dana pendapatan tetap. Sedangkan, untuk jangka panjang instrumenyang tepat adalah properti, reksa dana saham, maupun saham.
Selain instrumen di atas, ia juga menyarankan penempatan dana pendidikan pada layanan keuangan digital (financial technology/fintech) jenis peer to peer lending, lantaran menawarkan imbal hasil yang cukup baik. "Jadi, ketika anak umur tiga tahun, artinya tahun depan masuk play group maka itu investasi jangka pendek. Sejalan dengan itu, orang tua bisa menyiapkan dana untuk masuk SMP lewat investasi jangka menengah," paparnya.
sumber: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190612122000-83-402643/cermat-berinvestasi-untuk-biaya-pendidikan-anak
hi.